Jakarta -Badan usaha yang
telah ditunjuk pemerintah menyalurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi dilarang
mengotak-atik harga jualnya. Harganya jual di seluruh Indonesia harus sesuai
dengan yang ditentukan pemerintah.
Namun sayangnya hal itu tidak
sepenuhnya berlaku. Contohlah warga di Jawa yang menikmati BBM subsidi Rp
6.500/liter untuk premium dan Rp 5.500/liter untuk solar. Ini berbanding
terbalik dengan warga di Papua yang terpaksa membeli dengan harga Rp
25.000/liter.
"Harga BBM subsidi di
Jakarta berapa? Rp 5.500 untuk solar dan Rp 6.500 untuk premium, tapi kemarin
Staff Ahli Menteri ESDM kemarin baru dari Papua dan laporkan harga BBM di sana
Rp 25.000/liter, itu nggak adil," ungkap Wakil Menteri ESDM Susilo
Siswoutomo, di acara Penyerahan Surat Penugasan Kepada Badan Usaha Pelaksana
Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu Tahun 2014, di
Kantor Kementerian ESDM, Selasa (31/12/2013).
Susilo mengungkapkan artinya
selama ini sistem pendistribusian BBM subsidi belum berjalan sesuai
undang-undang. Untuk itu dirinya berharap tahun 2015 lebih banyak lagi badan
usaha yang mendistribusikan BBM subsidi.
"Saya punya mimpi, tahun
2015, yang mendistribusikan BBM subsidi lebih banyak lagi, jadi tidak hanya
Pertamina, AKR dan SPN saja, jadi misalnya 48 juta kiloliter 70%-nya Pertamina,
30% badan usaha lain lah dan nggak cuma dua tapi bisa delapan, kalau
sekarangkan sebagian besar ke Pertamina dari 48 juta KL 47 juta KL nya
didistribusikan Pertamina," ungkap Susilo.
Tujuan dengan makin banyaknya
badan usaha yang menyalurkan BBM subsidi tersebut agar makin banyak perusahaan
yang membangun fasilitas infrastrutkur BBM.
"Jika makin banyak yang
bangun, fasilitas infrastrukturnya seperti SPBU bisa sampai ke pelosok daerah,
harapannya rakyat kita yang dipelosok bisa menikmati harga yang sama dengan
rakyat yang di kota besar seperti Jakarta," tutupnya
SUMBER : http://finance.detik.com/read/2013/12/31/124111/2454951/1034/tidak-adil-bensin-premium-di-jakarta-rp-6500-di-papua-rp-25000?f991104topnews
Analisa : Menjadi pokok
permasalahan dalam kasus ini adalah pendistribusian BBM ke daerah2 yang masih jauh
dari kata cukup dan harga BBM di Papua yang mencapai 25.000 rupiah /liter. Dan
harga tersebut tidak sama dengan harga BBM yang ada di Pulau Jawa(Jakarta)
Solusinya : Memperbanyak
pasokan BBM bersubsidi ke daerah-daerah terpencil dengan maksud masyarakat
dapat menikmatinya (hanya kalangan menengah ke bawah), & mengenai harga BBM
di Papua yang tinggi dikarenakan Papua terletak di wilayah Timur Indonesia
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk mendistribusikan BBM ke Papua cukup
tinggi dan itu mengakibatkan harga BBM tinggi dan cara mengatasinya adalah
menekan harga biaya pendistribusian dengan cara menganggarkan APBD yang merata
sehingga dengan begitu harga BBM/ liter dapat ditekan
0 komentar:
Posting Komentar